Penunjukan Fabian Hurzeler sebagai Manajer Brighton dan Perbandingannya dengan Manajer Premier League Termuda

Crystal Palace manager Fabian Hurzeler looks on prior to the Second Bundesliga match between FC St. Pauli and SpVgg Greuther Fürth at Millerntor Stadium on February 03, 2024 in Hamburg, Germany.
Crystal Palace manager Fabian Hurzeler. (Photo by Cathrin Mueller/Getty Images)

Dalam dunia sepakbola, penunjukan Fabian Hurzeler sebagai manajer baru Brighton menarik perhatian banyak pihak. Hurzeler, sosok muda nan berbakat, telah berhasil mencuri perhatian dengan pendekatannya yang inovatif dalam manajemen tim. Apa yang membuat Hurzeler unik dan bagaimana kinerjanya akan dibandingkan dengan manajer Premier League termuda sebelumnya? Mari kita telusuri lebih jauh mengenai latar belakang, tujuan, dan perbandingan jitu ini secara mendalam.

 Fabian Hurzeler, manager of Brighton, speaks to the media during a press conference.

Penunjukan Fabian Hurzeler sebagai Manajer Brighton

Fabian Hurzeler menjadi manajer Brighton, menjadi manajer termuda dalam sejarah Premier League pada usia 31 tahun 110 hari. Hal ini menandai penerusnya Roberto De Zerbi yang berusia 44 tahun. Sejumlah pemain di Brighton, termasuk James Milner yang berusia 38 tahun, akan lebih tua daripada Hurzeler, menambah dimensi menarik dalam tim tersebut.

 Fabian Hurzeler, the youngest Premier League manager, is being interviewed by Sky Sports.

Manajer Premier League Termuda

Fabian Hurzeler Manajer Brighton telah mencatat sejarah sebagai salah satu manajer termuda dalam sejarah Premier League. Dengan penunjukan ini, Hurzeler hanya kalah dari Ryan Mason dan Attilio Lombardo dalam hal usia saat memimpin tim. Meskipun Mason dan Lombardo merupakan penunjukan sementara, Hurzeler menjadi manajer permanen termuda sejak 1992.

Dibandingkan dengan dua manajer Premier League termuda sebelumnya, Ryan Mason diangkat pada usia 29 tahun 312 hari, sedangkan Attilio Lombardo berusia 32 tahun 67 hari saat menjabat. Kedua penunjukan sebelum Hurzeler adalah sementara, sementara Hurzeler telah dipercaya sebagai manajer Brighton secara permanen, membedakannya dari rekan-rekan sejawatnya dengan pengalaman singkat.

 Fabian Hurzeler, the manager of Brighton, speaks to the media during a press conference.

Latar Belakang Hurzeler

Fabian Hurzeler Manajer Brighton membawa kehadiran yang segar dalam seleksi manajerial klub. Meskipun memiliki karier bermain yang berakhir pada 2020, Hurzeler menunjukkan keberanian dengan beralih ke pelatihan sebagai pemain-manajer di FC Pipinsried sejak 2016.

Menjadi asisten manajer di St Pauli pada 2019 adalah langkah awalnya sebelum akhirnya mencapai posisi pelatih kepala pada tahun 2022. Keberhasilannya membawa St Pauli meraih gelar Bundesliga pada 2023 menjadi pencapaian gemilang yang menegaskan kualitasnya dalam dunia manajerial.

 Fabian Hurzeler, manager of Brighton, is being interviewed by Sky Sports.

Tujuan Hurzeler untuk Brighton

Dengan penunjukan Fabian Hurzeler sebagai Manajer Brighton, tujuannya sangat jelas. Hurzeler ingin mengangkat posisi Brighton yang berada di peringkat ke-11 musim lalu menjadi lebih baik lagi. Langkah ini menunjukkan ambisi yang tinggi untuk membawa klub ke level yang lebih kompetitif di pentas Premier League.

Lebih dari sekadar perbaikan posisi, Hurzeler memiliki visi jangka panjang untuk membangun progres klub dari beberapa musim terakhir. Dengan fokus pada pembangunan berkelanjutan, dia bertekad membentuk fondasi yang kokoh untuk memastikan Brighton menjadi kekuatan yang lebih konsisten di kompetisi elit. Fabian Hurzeler sebagai Manajer Brighton dapat menjadi pendorong perubahan yang signifikan di klub tersebut.

 Fabian Hurzeler, current manager of Brighton and Hove Albion Football Club, speaks during a press conference.

Manajer Premier League Termuda dalam Sejarah

Fabian Hurzeler Manajer Brighton, yang berusia 31 tahun 110 hari, mencatatkan namanya dalam sejarah Premier League sebagai manajer termuda yang diberi tanggung jawab permanen. Ini menempatkannya di level prestisius bersama dengan nama-nama seperti Gianluca Vialli, Chris Coleman, Attilio Lombardo, dan Ryan Mason, yang juga mencitrakan keberanian dan potensi muda dalam dunia manajerial sepakbola.

Gianluca Vialli mencapai puncaknya saat memimpin Chelsea meraih kejayaan di Liga dan Piala Winners’ Cup UEFA pada tahun 1998, menunjukkan bahwa usia tidak menjadi penghalang untuk meraih sukses. Seiring dengan itu, Ryan Mason, yang memulai karir manajerialnya pada usia 29 tahun 312 hari, mencerminkan semangat pionirisme dalam menjelajahi kutub terdepan manajemen klub.

Sementara itu, Chris Coleman berhasil membawa Fulham meraih peringkat kesembilan dalam musim perdana kepemimpinannya. Sedangkan Attilio Lombardo, yang diangkat sebagai manajer sementara di Crystal Palace, memberikan gambaran tentang tanggung jawab yang mendadak dan kemampuan untuk beradaptasi dalam situasi yang menantang. Semua pengalaman ini menyiratkan kedalaman dan keragaman karakter dalam arena manajerial Premier League.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *